Banyak orang masih salah mengerti dan menyamaratakan bila mendengar kata hipnosis. Sehingga orang masih menganggap hipnotis sama dengan hipnosis. Sebenarnya apa perbedaan antara hipnotis, hipnosis, dan hipnoterapi???
Begitu pertanyaan yang sering muncul di masyarakat.
Hipnosis adalah teknik mempengaruhi orang lain secara sengaja untuk masuk kedalam kondisi yang menyerupai tidur (hipnosa). Sehingga seseorang yang terhipnosis dapat menerima sugesti dengan mudah.
Hipnotis adalah keadaan dimana proses hipnosis dilakukan. Atau dengan kata lain seseorang yang membuat, atau menyebabkan orang lain berada dalam keadaan terhipnosis.
Untuk bisa mengerti apa sebenarnya hipnosis atau apa yang menyebabkan terjadinya hipnosis, yang perlu kita pelajari adalah mekanisme pikiran sadar dan bawah sadar. Hipnosis bukanlah sesuatu ilmu yang baru, melainkan ilmu yang sangat tua. Hipnosis telah ada sejak dulu dan menjadi budaya, budaya yunani, mesir kuno dan lain sebagainya.
Hipnosis merupakan salah satu usaha untuk masuk ke alam pikir bawah sadar manusia, sehingga dapat mengubah pola kebiasaan ataupun sifat kesehariannya. Pada kondisi hipnosis, tubuh dan pikiran akan merasa sangat nyaman dan aman dalam lingkungannya, yaitu dirinya sendiri. Kondisi ini diakui atau tidak diakui setiap manusia pernah mengalaminya. Selain itu pikiran sadar kehilangan faktor kritisnya untuk menolak sugesti yang diberikan. Sehingga kondisi ini menjadi sangat ekstrim dalam suatu pertunjukan hipnosis atau yang lebih dikenal dengan hypno stage. Dimana subjek melakukan apa saja yang disugestikan oleh si hipnotis. Inti dari stage hypnosis adalah kejelian dalam memilih subjek hipnosis dan kreatif dalam membuat alur cerita atau scenario yang akan dipertunjukkan.
Dimana perbedaan stage hypnosis dan hipnoterapi?
Stage hypnosis dan hipnoterapi sama- sama menggunakan hipnosis. Namun hipnosis bisa dikategorikan sebagai hipnoterapi, jika menggunakan teknik- teknik tertentu untuk membantu klien untuk meningkatkan potensi diri mereka, sesuai dengan masalah yang dihadapi. Dan terapi yang diterapkan haruslah berpusat pada klien (client centered) dan bukan therapist centered.